Sword Art Online V1 BAB2
BAB 2
“Ahh… ha… uwahh!”
Sebuah pedang mengayun bersamaan
dengan teriakan aneh itu, tanpa mengenai apa pun kecuali udara.
Tepat sesudahnya, babi hutan biru
itu bergerak dengan kecepatan yang cukup mengejutkan jika dibandingkan dengan
badannya yang besar, menerjang ke arah pemburunya. Aku tertawa terbahak-bahak
melihatnya terlempar ke udara dan berguling menuruni bukit setelah tertabrak
oleh hidung pesek babi hutan itu.
"Hahaha, bukan seperti itu.
Gerakan awal itu sangat penting, Klein."
"Argh… sialan."
Pemburu yang sedang menggerutu itu,
Party Member-ku yang
bernama Klein, berdiri dan melirik ke arahku sambil menjawab dengan lesu.
"Tapi Kirito, meskipun kau
bilang begitu, aku tak bisa mengenai musuh yang bergerak."
Aku bertemu dengan orang ini, orang
yang berambut merah dan mengenakan bandana dan sebuah armor kulit sederhana di tubuhnya yang kurus
itu, beberapa jam yang lalu. Jika dia memberitahukan nama aslinya, mungkin akan
sulit untuk tidak menggunakan honorifik, tapi nama Klein miliknya dan nama
Kirito milikku ini adalah Character Name kami. Menambahkan "-san"
atau "-kun" akan membuat nama kami menjadi lebih menggelikan
dibandingkan apa pun.
Kaki orang yang sedang dibicarakan
itu mulai bergetar.
Sepertinya dia sedikit pusing.
Aku mengambil sebuah kerikil di
bawah kakiku dan mengangkatnya sedikit lebih tinggi dari bahuku. Sesaat setelah
sistemnya mendeteksi First Motion dari
sebuah Sword Skill, kerikilnya mulai memancarkan sedikit sinar berwarna hijau.
Setelah itu tangan kiriku bergerak
dengan sendirinya dan batunya terlempar, meninggalkan segaris cahaya dan
mengenai babi hutan itu diantara alisnya. Ggiik! babi hutan itu memekik kesal
dan berbalik ke arahku.
"Tentu saja mereka bergerak.
Mereka bukan boneka latihan. Tapi jika kau mulai dengan motion yang tepat,
sistemnya akan meneruskan Sword Skill dan mengenai targetnya untukmu."
"Motion... motion..."
Sambil berkomat-kamit seperti
sedang membaca mantra, Klein mengangkat cutlass yang ada di tangan kanannya.
(Note: cutlass, pedang pendek dengan mata pedang melengkung)
Meskipun babi hutan biru, atau nama
aslinya «Frenzy Babi hutan» adalah monster level 1, Klein telah menghabiskan
hampir setengah dari HP Bar-nya karena terkena serangan balasan akibat
serangannya yang asal-asalan tadi. Yah, meskipun dia mati, dia akan dihidupkan
kembali di «Starting City» dekat sini. Tapi, berjalan menuju daerah perburuan
lagi itu agak menjengkelkan.
Sepertinya tinggal satu serangan
lagi sebelum pertarungannya berakhir.
Aku sedikit memiringkan kepalaku
saat aku menangkis terjangan babi hutan itu dengan pedang yang ada di tangan
kananku.
"Hmm, bagaimana cara
menjelaskannya ya, ini tidak seperti satu, dua, tiga lalu terjang, tapi lebih
seperti mengumpulkan sedikit tenaga dan sesaat setelah kau merasakan kalau
skill-nya dimulai, lalu BAM! Dan kau merasa kalau itu mengenai
monsternya."
"Bam, ya?"
Muka Klein yang agak tampan itu
menyeringai hingga tidak enak dipandang mata dan dia mengangkat pedangnya
setinggi perutnya.
Menarik dan menghela napas, setelah
menarik napas yang dalam, dia menurunkan kuda-kudanya dan mengangkat pedangnya
seakan ingin menyandangnya di bahu. Kali ini sistemnya mendeteksi kalau posenya
benar dan pedangnya mulai memancarkan sinar berwarna jingga.
"Ha!"
Dengan teriakan kecil itu, dia
melompat dengan gerakan yang sangat berbeda dibandingkan sebelumnya. Swish-!
bersamaan dengan suara itu, pedangnya meninggalkan jejak merah menyala di
udara. «Reaver», skill dasar pedang lengkung satu tangan, menancap di leher
bagian kanan babi hutan yang sedang menerjang dan melenyapkan seluruh HP-nya,
yang sekitar setengah penuh (sama seperti Klein).
Guekk! Babi hutan itu menjerit dan
tubuh besarnya mulai terpecah seperti kaca, dan angka-angka berwarna ungu
muncul, menunjukan berapa banyak experience point yang kudapat.
“Yeeeeaaaahhh!”
Klein berpose kemenangan dengan
senyuman besar di wajahnya dan mengangkat tangan kirinya. Aku menepuknya dan
tersenyum padanya.
"Selamat atas kemenangan
pertamamu. Tapi, babi hutan itu hanya selemah slime di game lain."
"Eh, benarkah? Kupikir babi
hutan itu adalah semi-boss atau sejenisnya."
"Mustahil."
Senyumanku menjadi agak miris saat
aku menyarungkan pedangku di punggungku.
Meskipun aku menggodanya, aku
mengerti perasaannya sekarang. Karena aku punya pengalaman 2 bulan lebih
daripada dia. Hanya sekarang dia bisa merasakan kegembiraan menghancurkan
musuhnya dengan tangannya sendiri.
Klein mulai menggunakan Sword Skill
yang sama berulang-ulang sambil berteriak. Mungkin itu adalah salah satu
caranya untuk berlatih. Aku meninggalkannya sendiri dan melihat sekeliling.
Padang rumput yang terbentang
sangat luas ini bersinar kemerahan saat matahari mulai terbenam. Di utara
terlihat bayang-bayang hutan, danau yang berkilauan, dan aku bisa melihat
tembok yang mengelilingi kota hingga ke timur. Di bagian barat ada langit yang
tak terbatas dengan awan berwarna keemasan yang melayang di atasnya.
Kami ada di padang rumput yang
terbentang di sebelah timur dari «Starting City» yang berada di ujung utara
dari lantai pertama kastil terbang raksasa «Aincrad». Seharusnya ada banyak
sekali player lain yang sedang bertarung dengan monster di sekitar sini, tapi
karena terlalu luas, tidak ada satu pun dari mereka yang terlihat.
Terlihat puas, Klein menyarungkan
pedangnya dan berjalan kemari sambil melihat sekeliling juga.
"Omong-omong, berapa kali pun
aku melihat sekeliling seperti ini aku masih belum bisa percaya kalau kita ini
«berada di dalam game»."
"Yah, meski kau bilang 'di
dalam', bukan berarti kalau jiwa kita tersedot ke dalamnya atau sejenisnya.
Yang melihat dan mendengar bukanlah mata dan telinga, melainkan otak kita
dengan mengirimkan sinyal dari «Nerve Gear».”
Aku berkata begitu sambil
mengangkat bahuku. Klein mengerutkan bibirnya seperti anak kecil.
"Kau mungkin sudah terbiasa
sekarang, tapi bagiku ini adalah pertama kalinya aku melakukan «Full Dive».
Bukankah ini luar biasa? ...Aku benar-benar bersyukur dilahirkan di zaman
ini!"
"Kau berlebihan."
Tapi meskipun tertawa, aku setuju
dengannya.
«Nerve Gear»
Itulah nama perangkat keras yang
menjalankan VRMMORPG—«Sword Art Online».
Bentuk dasar mesin ini sangat
berbeda dibandingkan dengan yang lama.
Tidak seperti perangkat keras tipe
lama yang seperti "monitor layar datar" atau "stick game",
Nerve Gear mempunyai bentuk seperti helm yang menutupi seluruh kepala dan
wajah.
Di dalamnya terdapat banyak
pemancar sinyal, dan dengan menggunakan pemancar sinyal itu, Gear-nya langsung
mengakses ke dalam otak si pemakai. Si pemakai tidak menggunakan mata dan
telinganya untuk melihat dan mendengar, melainkan menangkap sinyal yang
dikirimkan langsung ke otak mereka. Ditambah lagi, mesinnya tidak hanya bisa
mengakses indra pendengaran dan penglihatan, tapi juga bisa mengakses indra
peraba, perasa, dan penciuman. Singkatnya, kelima indra.
Setelah memakai Nerve Gear, kalian
kunci tali pengikatnya di dagu dan mengatakan perintah inisiasi («Link Start»),
semua suara menghilang dan kalian akan diselimuti kegelapan. Segera, setelah
melewati lingkaran berwana pelangi di tengah, kalian sudah berada di dunia yang
terbuat sepenuhnya dari data.
Jadi...
Setengah tahun lalu, mesin ini
(yang mulai dijual pada Mei 2022) berhasil membuat «Virtual Reality».
Perusahaan elektronik yang membuat Nerve Gear menyebut keadaan terhubung dengan
Virtual Reality...
«Full Dive».
Dunia yang sepenuhnya terpisah dari
kenyataan, cocok dengan kata "full".
Alasannya adalah karena Nerve Gear
tidak hanya mengirimkan sinyal palsu pada kelima indra, tetapi juga memblokir
dan mengembalikan sinyal yang dikirimkan oleh otak ke tubuh.
Ini bisa dibilang syarat paling
dasar untuk bergerak dengan bebas di dalam Virtual Reality. Jika tubuhnya
menerima sinyal dari otak ketika si pengguna dalam keadaan Full Dive, pada saat
si pengguna memutuskan untuk «Berlari», tubuh asli mereka akan menabrak tembok.
Karena Nerve Gear mampu
mengembalikan perintah yang dikirimkan oleh otak melalui tulang belakang, aku
dan Klein bisa bebas menggerakan avatar kami dan mengayunkan pedang kami
sesukanya.
Kami benar-benar terjun ke dalam
game.
Pengalaman ini benar-benar
memikatku dan banyak player lainnya, hingga membuat kami tidak akan pernah bisa
kembali ke pena-sentuh atau sensor gerakan.
Klein melihat ke arah angin yang
berhembus melalui padang rumput dan tembok kastil dengan air mata sungguhan di
matanya.
"Jadi, SAO adalah game pertama
yang kaumainkan dengan Nerve Gear?" Aku bertanya.
Klein yang terlihat seperti seorang
prajurit tampan yang berasal dari zaman perang menengok ke arahku dan
mengangguk.
"Ya."
Jika dia menggunakan ekspresi yang
serius di wajahnya, dia akan terlihat seperti aktor yang sedang memerankan
drama zaman dulu. Tentu saja ini sangat berbeda dari tubuh aslinya di dunia
nyata. Ini hanyalah avatar yang dibuat berasal dari memilih diantara daftar
pilihan.
Tentu saja, aku juga terlihat
seperti seorang protagonis yang sangat tampan dari sebuah anime fantasi.
Klein meneruskan pembicaraan dengan
suaranya yang terdengar pelan tapi bersemangat, tentu saja ini juga berbeda
dengan yang di dunia nyata.
“Yah, tepatnya aku membeli
perangkat kerasnya segera setelah aku mendapatkan SAO. Hanya ada sepuluh ribu
yang dikeluarkan sekarang, jadi kupikir aku memang sangat beruntung. Tapi,
kalau dipikir-pikir kau sepuluh kali lebih beruntung daripada aku karena kau
terpilih untuk beta testing. Mereka cuma mengambil seribu orang!”
“Ah, ya, benar juga.”
Klein terus melihat ke arahku.
Tanpa sadar aku menggaruk kepalaku.
Aku masih ingat kesenangan dan rasa
antusias saat pembuatan «Sword Art Online» diumumkan sudah selesai lewat media
seperti baru kemarin.
Nerve Gear telah membuat dunia game
menjadi lebih maju dengan Full Dive-nya. Tapi, karena mesinnya masih baru
selesai, hanya game-game yang tidak terkenal saja yang ada untuk dimainkan.
Contohnya puzzle, dan game-game yang berhubungan dengan pelajaran atau
lingkungan, itu membuat kecewa para penggemar game sepertiku.
Nerve Gear benar-benar bisa
menciptakan sebuah Virtual Reality.
Tapi kau hanya bisa berjalan 100
meter sebelum kau mencapai batas dinding di dunia itu; itu benar-benar
mengecewakan. Para pecinta game sepertiku, yang benar-benar menghargai
pengalaman berada di dalam game, tidak mungkin kalau kami tidak menantikan
suatu game dengan gaya tertentu.
Kami mulai menunggu untuk sebuah
game network yang bisa memuat jutaan orang mendaftar dan masuk, bertarung
bersama dan hidup sebagai karakter mereka sendiri, atau dengan kata lain—sebuah
MMORPG.
Ketika rasa antisipasi dan
kesabaran kami mencapai puncaknya, VRMMORPG pertama diumumkan tepat waktunya,
«Sword Art Online». Panggung permainan ini adalah sebuah kastil raksasa yang
terdiri dari 100 lantai.
Para player hidup di sebuah dunia
dengan hutan dan danau, hanya mengandalkan pedang dan kemampuan mereka untuk
menemukan rute untuk menuju ke lantai atas dan mengalahkan monster yang tak
terhitung jumlahnya untuk membuka jalan menuju lantai teratas.
«Magic» yang dianggap merupakan
bagian yang tidak bisa digantikan dari MMORPG fantasi telah dihilangkan dan
skill yang tidak terhitung jumlahnya yang bernama «Sword Skills» dibuat. Itu
mungkin adalah salah satu rencana untuk membuat para player bisa merasakan
pengalaman dari pertarungan dengan tubuh mereka sendiri melalui full dive
sebanyak mungkin.
Skill-nya bervariasi termasuk skill
produksi seperti pandai besi, penjahit, dan kemampuan sehari-hari seperti
memancing, memasak, dan bermain musik, mengizinkan player tidak hanya
berpetualang di dalam game besar ini tetapi juga benar-benar «hidup» di
dalamnya. Jika mereka mau, dan skill level mereka cukup tinggi, mereka bisa
membeli rumah dan hidup sebagai pengembala domba.
Saat informasi ini disampaikan,
rasa antusias para gamer menjadi semakin tinggi.
Beta test-nya hanya mengajak seribu
orang pencoba. Katanya, ada seratus ribu orang, setengah dari jumlah Nerve
Gears yang terjual saat itu, ingin menjadi pencobanya. Keberuntungan adalah
satu-satunya alasanku bisa terpilih. Selain itu, beta tester mendapat
keuntungan tambahan karena diberikan prioritas ketika game-nya sudah resmi
keluar.
Dua bulan beta testing terasa
seperti mimpi saja. Di sekolah, aku selalu memikirkan tentang susunan skill-ku,
equipment dan item, dan lari langsung ke rumah segera setelah sekolah berakhir
dan masuk ke game hingga subuh. Beta test-nya berakhir dalam sekejap mata, dan
di hari dimana karakterku direset, aku merasa kehilangan yang sangat besar
seperti setengah tubuh asliku menghilang.
Dan sekarang-11 November 2022,
Minggu.
«Sword Art Online» setelah semua
persiapannya telah selesai, jam 1 siang servis server-nya resmi dimulai.
Tentu saja, aku telah menunggu
selama 30 menit dan langsung masuk tanpa menunggu sedetik pun, tapi ketika aku
memeriksa keadaan server-nya, sembilan ribu lima ratus orang lebih sudah masuk
ke dalam game. Sepertinya semua orang yang beruntung mendapatkan gamenya
merasakan hal yang sama denganku. Semua situs penjualan online mengumumkan
kalau gamenya terjual habis tepat setelah penjualan dibuka dan penjualan
offline, yang dimulai sejak kemarin, telah terbentuk barisan orang yang
mengantri lebih dari empat hari, membuat keributan yang cukup hingga bisa masuk
dalam berita. Itu berarti semua orang yang beruntung bisa membeli kaset game
nya hampir semuanya adalah penggemar game serius.
Kelakuan Klein menunjukan semua ini
dengan jelas.
Setelah aku masuk ke dalam SAO, aku
mulai berlari melalui jalan batu yang sudah kukenal di «Starting City» untuk
menuju ke toko senjata. Menyadari kalau diriku adalah seorang beta tester
setelah melihatku memulai dan berlari tanpa ragu, Klein berlari ke arahku.
“Hei, ajarkan aku beberapa hal!”
dia memohon.
Aku heran kenapa dia bisa begitu
tidak tahu malu dan memohon ke orang yang baru dia temui. Aku kehilangan
kata-kataku karena takjub.
“Ah, kalau begitu… Bagaimana kalau
kita ke toko senjata dulu?” Aku menjawabnya seperti seorang NPC; kami akhirnya
membuat sebuah Party, dan aku mulai mengajarinya beberapa dasar bertarung—dan
itulah mengapa kami berakhir seperti ini.
Sebenarnya, aku tidak terlalu akrab
dengan orang di dunia nyata atau di dalam game, bahkan mungkin lebih sedikit di
dalam game dibanding dengan di dunia nyata. Selama beta testing aku mengenal
beberapa orang, tapi aku tidak terlalu dekat dengan mereka hingga tidak bisa
menyebut mereka sebagai teman.
Tapi Klein punya sisi yang agak
bersahabat, dan aku juga tidak berpikir kalau itu tidak mengenakkan. Berpikir
kalau aku mungkin bisa akrab dengannya, aku membuka mulutku.
“Jadi… Apa yang sekarang mau
kaulakukan? Apa kau mau terus berburu hingga kau terbiasa?”
“Tentu! Itu yang mau kubilang,
tapi…”
Mata Klein melihat ke arah bawah
kanan dari penglihatannya. Dia pasti sedang memastikan waktu.
“…Yah, aku harus keluar dari game
dan makan. Aku memesan pizza untuk jam 5:30.”
“Benar-benar sudah mempersiapkan
segalanya.”
Aku tidak bisa mengatakan hal lain,
Klein membusungkan dadanya.
“Tentu saja!” dia berkata begitu
dengan bangga. “Aku sudah janji untuk bertemu beberapa teman di «Starting City»
sebentar lagi. Aku bisa memperkenalkan beberapa dari mereka dan kau bisa
mendaftarkan mereka sebagai teman. Dengan begitu kau bisa kapan pun mengirim
pesan. Bagaimana?”
“Errr… Hmmm…,” Tanpa sadar aku
bergumam.
Aku agak akrab dengan Klein, tapi
tidak ada jaminan kalau aku bisa akrab dengan teman-temannya. Aku merasa kalau
kemungkinannya lebih besar kalau aku tidak akan bisa akrab dengan mereka, dan
sebagai akibatnya, aku juga tidak bisa berteman dengan Klein lagi.
“Haruskah aku…?”
Terlihat mengerti alasanku menjawab
dengan tidak begitu yakin, Klein menggelengkan kepalanya.
“Ah, aku tidak bermaksud memaksamu.
Lagipula akan ada kesempatan lain untuk memperkenalkan mereka.”
“…Ya. Maaf, dan terima kasih.”
Segera setelah aku berterima kasih
padanya, Klein menggelengkan kepalanya sekuat mungkin.
“Hei, hei! Seharusnya aku yang
berterima kasih padamu. Aku menerima banyak bantuan darimu. Aku akan membalas
jasamu lain kali. Kalau kita ketemu lagi.”
Klein tersenyum dan melirik ke arah
jam sekali lagi.
“…Yah, aku akan keluar sebentar.
Terima kasih banyak, Kirito. Sampai jumpa lagi.”
Dengan begitu, dia menaruh
tangannya ke depan. Saat itu, kupikir orang ini pasti adalah seorang pemimpin
yang hebat di dalam «game lain» dan bersalaman dengannya.
"Ya, sampai jumpa."
Kami melepaskan tangan
masing-masing.
Itu adalah saat di mana Aincrad,
atau Sword Art Online, berhenti menjadi sebuah «game» yang menyenangkan bagiku.
Klein berjalan mundur sedikit dan
menempelkan jari tengah dan jempol tangan kanannya lalu menarik ke bawah.. Ini
adalah hal yang perlu dilakukan untuk memanggil «Main Menu Window». Segera
setelahnya terdengar suara berdering dan muncul sinar kotak berwarna ungu.
Aku menyingkir sedikit dan duduk di
sebuah batu lalu membuka menu-ku juga. Aku mulai menggerakkan jariku untuk
menyusun item yang kudapat setelah bertarung dengan babi hutan tadi.
Lalu.
"Eh?" Klein berkata
dengan nada yang aneh.
"Apa ini? …tidak ada tombol
Log Out-nya."
Saat itu aku berhenti menggerakkan
jariku dan mengangkat kepalaku.
"Tidak ada tombolnya…?
Mustahil, coba lihat lebih jelas."
Aku berkata dengan sedikit bingung.
Dia membuka matanya lebar-lebar di bawah bandannanya dan mendekatkan kepalanya
ke menu. Kotaknya lebih panjang ke samping daripada ke atas, dan mempunyai
sekumpulan tombol di bagian kiri serta sebuah gambaran karakter yang
menunjukkan equipment yang kaupakai di bagian kanan. Di bagian bawah menu ada
tombol «LOG OUT» yang digunakan untuk keluar dari dunia ini.
Ketika aku kembali melihat ke arah
list yang menunjukkan item yang kudapat setelah beberapa jam bertarung, Klein
mulai berbicara dengan nada tinggi tidak seperti biasanya.
“Benar-benar tidak ada. Coba lihat
Kirito.”
“Sudah kubilang tidak mungkin tidak
ada di sana…” aku bergumam sambil menghela napas lalu mengklik ke tombol di
bagian kiri atas untuk kembali ke menu screen.
Storage Window dibagian kanan
menutup dan kembali ke menu utama. Di sebelah kiri dari gambar karakter, yang
masih memiliki banyak tempat kosong, tersusun tombol-tombol.
Aku menggerakkan tanganku ke bawah
seperti biasa dan—
Tubuhku membatu.
Tidak ada.
Seperti yang dikatakan Klein,
tombol yang ada di sana ketika beta test—tidak, bahkan tombol yang masih ada
ketika aku masuk ke dalam game—telah menghilang.
Aku memandangi tempat kosong itu
selama beberapa detik, lalu melihat ke seluruh bagian menu, memastikan kalau
itu bukan dipindahkan saja posisinya. Klein melihatku dengan kata “Benar,
'kan?” tertulis diwajahnya.
“…tidak ada, 'kan?”
“Ya, tidak ada.”
Aku mengangguk, meski itu agak
menjengkelkan untuk langsung setuju dengannya. Klein tersenyum dan mulai
mengusap-usap dagunya yang tebal.
“Yah, ini kan hari pertama, jadi
bug seperti itu mungkin terjadi. Seharusnya sekarang para GM sedang kewalahan
dengan jumlah pesan yang membanjiri pesan masuk-nya,” Klein berkata dengan
tenang.
“Apakah tidak apa-apa kalau kau
hanya berdiri saja seperti itu? Kau bilang kalau kau memesan pizza, ya 'kan?”
Aku sedikit menggodanya.
“Ah, benar juga!!”
Aku tersenyum saat melihatnya
kepanikan, dan membuka matanya lebar-lebar.
Aku melempar beberapa item yang
tidak kuperlukan dari inventory, yang telah menjadi merah karena terlalu banyak
item di dalamnya, lalu aku berjalan kearah Klein.
“Argh! pizza ikan teri dan ginger
ale ku-!”
“Kenapa kau tidak coba menghubungi
GM? Mereka mungkin bisa memutuskan hubungan servermu dari sana.”
“Sudah kucoba, tapi tidak ada
respon sama sekali. Ini sudah pukul 5:25! Hei, Kirito! Apa tidak ada cara lain
untuk Log Out?”
Setelah mendengarkan apa yang Klein
katakan sambil melambaikan tangannya—
Wajahku menjadi kaku. entah kenapa
aku merasa takut dan merinding di punggungku.
“Coba kupikir… Untuk Log Out…”
Aku berbicara sambil berpikir.
Untuk keluar dari Virtual Reality
ini dan kembali ke kamarku, aku harus membuka Main Menu, menekan tombol 'Log
Out' dan menekan 'Yes' di jendela yang muncul di sebelah kanan. Itu sangat
simpel. Tapi-pada saat yang sama, selain prosedur itu, aku tidak tahu cara lain
untuk keluar dari game.
Aku melihat ke wajah Klein, yang
berada sedikit lebih tinggi dari wajahku dan menggelengkan kepalaku.
“Tidak… Tidak ada. Jika kau mau Log
Out dari game, kau harus menggunakan tombol di menu, selain itu tidak ada cara
lain.”
“Itu mustahil… Pasti ada suatu
cara!”
Klein tiba-tiba mulai berteriak
seperti kalau dia tidak mempercayai kata-kataku.
“Kembali! Log Out! Kabur!”
Tapi tentu saja, tidak ada yang
terjadi. Di SAO tidak ada perintah suara seperti itu.
Setelah dia berteriak ini dan itu
dan bahkan melompat, Aku berbicara padanya.
“Klein, itu sia-sia. Bahkan di manual
tidak tertulis apa pun tentang pemutusan akses darurat.”
“Tapi… Ini gila! Bahkan jika ini
adalah bug, aku bahkan tidak bisa kembali ke kamarku semauku!” Klein berteriak
dengan ekspresi bingung diwajahnya.
Aku sangat setuju dengannya.
Ini mustahil. Benar-benar tidak
masuk akal. Tapi ini kebenaran yang tidak bisa dibantah.
“Hei… Apa-apaan ini? Ini
benar-benar aneh. Sekarang, kita tidak bisa keluar dari game ini!"
Klein tertawa menyedihkan dan mulai
berbicara lagi.
“Tunggu, kita cukup mematikannya
saja. Atau lepas saja «Gear»-nya.”
Ketika aku melihat Klein
menggerakkan tangannya, yang bergerak seperti sedang melepas sebuah helm yang
tidak terlihat, aku merasa kalau kegelisahanku kembali.
“Itu mustahil, dua-duanya. Sekarang
ini kita tidak bisa menggerakkan tubuh asli kita. «Nerve Gear»-nya menerima
semua sinyal yang dikirim dari otak kita dan mengirimkannya kemari…” Aku
memegang bagian belakang kepalaku. “… dan menyampaikannya ke tubuh kita di
sini.”
Klein perlahan-lahan menutup mulutnya
dan menurunkan tangannya.
Kami berdua berdiri tanpa berbicara
selama beberapa saat, saling berpikir.
Untuk mendapat keadaan Full Dive,
Nerve Gear memblokir semua sinyal yang dikirim oleh otak kita dan
mengirimkannya kemari supaya kita bisa mengontrol tubuh kita di dunia ini.
Jadi, berapa liarpun aku menggerakkan tubuhku di sini, tubuhku di dunia nyata,
yang sedang terbaring di kasur sekarang tidak akan bergerak sedikit pun;
memastikan kalau aku tidak akan membenturkan kepalaku ke sisi meja atau apa
pun.
Tapi karena fungsi ini, kita tidak
bisa bebas keluar dari kondisi Full Dive.
“…jadi, selain bug-nya diperbaiki
atau seseorang dari dunia nyata melepaskan Gear-nya, kita hanya bisa menunggu?”
Klein bergumam, terlihat sedikit pusing.
Aku diam-diam setuju dengannya.
“Tapi aku tinggal sendiri. Kau?”
Aku sedikit ragu-ragu tapi aku
mengatakan yang sebenarnya padanya.
“…Aku tinggal dengan ibuku dan adik
perempuanku, bertiga. Kupikir aku pasti akan dipaksa keluar dari kondisi Dive
jika aku tidak keluar saat makan malam…”
“Apa? Be-Berapa umur adik
perempuanmu?”
Klein tiba-tiba melihat ke arahku,
matanya bercahaya. Aku mendorong kepalanya menjauh.
“Kau agak tenang sekarang, ya 'kan?
Dia anggota klub olahraga dan membenci game, jadi dia tidak mungkin bisa akrab
dengan orang seperti kita… Tapi daripada itu,”
Aku membentangkan tangan kananku
untuk mengganti jalan pembicaraannya.
“Apa kau tidak berpikir… kalau ini
aneh?"
“Tentu saja. Ini kan bug.”
“Bukan, maksudku bukan hanya bug
saja, ini adalah bug «mustahil untuk Log Out», ini masalah yang cukup besar
yang bisa membuat pengoperasian game itu sendiri terganggu. Seperti pizza-mu di
dunia nyata yang semakin mendingin setiap detik, ini benar-benar merugikan
keuangan, ya 'kan?"
“…sebuah pizza dingin… Itu sama
saja dengan natto keras!”
Aku mengabaikan komentar yang tidak
berarti itu dan melanjutkan pembicaraan.
“Jika sudah seperti ini, seharusnya
operator akan segera mematikan server nya dan membuat semua player Log Out apa
pun yang terjadi. Tapi… Ini sudah lebih dari 15 menit sejak kita menyadari hal
ini dan belum ada satu pun pesan dari sistem yang muncul, meski kita abaikan
penghentian server-nya, ini sudah terlalu aneh."
“Hmm, sekarang kupikir-pikir kau
benar juga."
Sekarang Klein mulai mengusap
dagunya dengan ekspresi serius diwajahnya. Di bagian bawah bandanna yang
menutupi dahinya, pengetahuan terpancar di dalam matanya.
Aku mulai mendengarkan Klein,
merasa sedikit aneh berbicara dengan orang yang tidak akan pernah kutemui jika
aku telah menghapus akun milikku.
“…perusahaan yang membuat SAO,
«Argus» adalah perusahaan yang terkenal karena sangat memperhatikan
penggunanya, ya 'kan? Itulah kenapa orang-orang berebutan membeli kasetnya
meskipun ini adalah game online pertamanya. Semua itu akan sia-sia jika mereka
membuat kesalahan seperti ini di hari pertamanya."
“Aku setuju, dan SAO adalah
VRMMORPG pertama. Jika ada sesuatu yang salah sekarang, mereka pasti akan
segera memperbaikinya."
Klein dan aku melihat wajah virtual
masing-masing dan menghela napas.
Musim di Aincrad dibuat berdasarkan
kenyataan, jadi sekarang di sini juga sedang memasuki musim gugur.
Aku melihat ke atas, menghirup
udara virtual, menarik napas dingin yang dalam.
Sekitar 100 meter di atas aku bisa
melihat atap berwarna ungu muda yang merupakan bagian bawah dari lantai 2.
Sambil mengikuti permukaannya yang tidak rata, aku melihat menara
besar—«labirin» yang merupakan jalan menuju ke lantai atas, dan melihatnya
terhubung dengan jalan keluarnya.
Saat itu jam 5:30 lewat dan garis
kecil di langit yang terlihat berwarna merah seperti matahari terbenam. Meski
berada di situasi seperti ini, melihat padang rumput luas yang berwarna
keemasan karena memantulkan sinar matahari sore, aku menemukan diriku tidak
bisa berbicara di depan keindahan dunia virtual ini
Tepat sesudahnya.
Dunia berubah selamanya.